Surah Ad-Dukhan Ayat 34


اِنَّ هٰٓؤُلَاۤءِ لَيَقُوْلُوْنَۙ ٣٤

34. Sesungguhnya mereka (kaum musyrik) itu pasti akan berkata,


Tafsir

Allah menjelaskan bahwa orang-orang kafir Mekah tidak mempercayai adanya hari kebangkitan karena menurut keyakinan mereka mustahil orang yang sudah mati itu dapat hidup kembali. Kepercayaan yang demikian itu timbul karena pikiran mereka telah dilumuri oleh noda-noda kemusyrikan; semakin lama noda itu semakin menebal sehingga menutupi seluruh hati dan pikiran mereka. Maka timbullah rasa sombong (takabur) dalam hati mereka disertai dengan keingkaran tanpa alasan. Mereka berpendapat apa yang dipandang benar oleh nenek moyang mereka adalah benar pula menurut mereka meskipun keyakinan nenek moyang mereka itu semata-mata berdasarkan dugaan yang tidak ada dasar kebenarannya. Keadaan mereka seperti orang yang terlanjur melontarkan kata-kata, kemudian kata-kata itu dibelanya mati-matian tanpa memperhatikan apakah yang dikatakannya itu benar atau salah. Mereka tidak lagi menggunakan pikiran yang sehat dalam menilai perkataan itu akan tetapi semata-mata menuruti hawa nafsu mereka.

Sikap dan keyakinan mereka itu tercetus dalam perkataan mereka. “Kematian itu hanya sekali yaitu kematian di dunia ini saja, tidak dua kali, dan kami sekali-kali tidak akan dibangkitkan kembali.”

Dengan perkataan itu, berarti mereka telah menolak keterangan wahyu yang mengatakan bahwa mati itu dua kali. Allah berfirman:

Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (al-Baqarah/2: 28)

Ayat ini menerangkan bahwa manusia itu sebelum hidup di dunia adalah makhluk yang mati, lalu mereka dilahirkan sebagai makhluk hidup. Setelah itu, mereka menemui ajalnya dan mengalami kematian yang kedua. Kemudian pada hari Kiamat mereka akan dibangkitkan kembali dari kubur, dan hidup untuk kedua kalinya. Dalam ayat ini, diterangkan bahwa orang-orang musyrik mengakui satu kali kehidupan dan satu kali kematian, tidak mempercayai adanya kehidupan sesudah mati. Keingkaran mereka terhadap hari kebangkitan itu tidak beralasan karena pikiran mereka tidak sampai kepada ketentuan itu. Jika Allah kuasa menciptakan semua kehidupan ini, tentu Dia kuasa pula mengembalikan kehidupan itu sesudah kematian dan menghisab semua amal perbuatan.