Surah Ar-Rum Ayat 40
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْۗ هَلْ مِنْ شُرَكَاۤىِٕكُمْ مَّنْ يَّفْعَلُ مِنْ ذٰلِكُمْ مِّنْ شَيْءٍۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ ࣖ ٤٠
40. Allah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki, lalu mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu yang demikian itu? Mahasuci Dia dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan.
Tafsir
Ayat ini kembali membicarakan kemahakuasaan Allah. Bila dalam ayat-ayat yang lalu mengenai penentuan rezeki, dalam ayat-ayat berikut mengenai perjalanan hidup manusia. Tujuannya adalah supaya manusia mau berbuat baik, di antaranya bersedekah seperti yang diperintahkan Allah dalam ayat sebelumnya.
Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Allah yang menciptakan manusia dari tiada menjadi ada, lalu tampil di dunia ini. Untuk bisa hidup di dunia, Dia pula yang memberi mereka rezeki. Setelah itu, manusia akan mati dan akan dihidupkan kembali. Kehidupan kembali itu sudah dimulai di alam kubur (alam barzakh) sampai nanti hari Kiamat. Setelah Kiamat, manusia akan dihidupkan kembali selama-lamanya.
Bagaimana kondisi kehidupan setelah mati sangat tergantung pada perbuatan manusia di dunia. Bila perbuatannya baik, ia akan bahagia, dan bila perbuatannya jelek, ia akan disiksa. Oleh karena itu, manusia hendaknya mematuhi ketentuan Allah mengenai rezeki yang diberikan-Nya. Hendaknya ia mem-perolehnya secara benar sesuai ketentuan Allah, tidak dari riba. Bila rezeki itu lebih, hendaknya digunakan untuk membantu orang yang berkekurangan.
Kemudian Allah bertanya apakah ada tuhan-tuhan lain yang mampu melakukan hal-hal seperti di atas. Jangankan menciptakan manusia yang kompleks, menciptakan makhluk sederhana saja dari sesuatu bahan yang tiada sama sekali, manusia tidak akan bisa. Mampukah manusia menciptakan sebiji pasir saja, atau selembar daun saja dari tiada? Oleh karena itu, Allah menegaskan, “Mahasuci Dia dan Mahatinggi dari segala serikat, sekutu, atau tandingan apa dan siapa pun.” Dengan demikian, manusia seharusnya berhenti dari mempertuhankan selain Allah atau menyekutukan-Nya.